setetes pengetahuan lebih baik dari pada seribu koin emas.... ^_^Hello! Myspace Comments

Selasa, 09 Agustus 2011

SUPER HERO KU


Super hero ku bukan lah seperti superman yang dengan kekuatannya dapat terbang dan meluncur kemanapun ia suka. super hero ku pun bukanlah bak spiderman yang mampu berjalan dimanapun tanpa ada penghalang. Tapi super hero ku tak lain, ia lah papa ku. papa ku tidak bisa terbang, tidak bisa berjalan di tembok ataupun ia tidak mempunyai kemampuan seperti superhero-super hero yang ada di televisi. 

Ia hanya seorang yang sederhana, berpakaian sederhana, bergaul sederhana dan berbicaranya pun sederhana, tak ada yang istimewa dari nya bila dibandingkan dengan superhero - superhero yang lain. tapi ia memiliki sesuatu yang berbeda. kalau kata orang superhero seperti spiderman, batman, superman dkk memiliki kekuatan yang khusus, begitupun papa ku, ia memiliki kekuatan yang khusus dan sangat luar biasa. Tak perlu lah aku beritau kalian sekarang kekuatan khusus apa yg papaku miliki, cukup simak kisah ini insya Allah kalian bisa menebaknya. 


Kata orang 'papa' itu panggilan yang manja bagi anak yang manja, tak apalah aku dibilang seperti itu. Tapi aku menyukainya, menyukai panggilan yang menurutku sangat menggetarkan hatiku ini. Kalau aku mendengar suaranya dibalik telephon, terasa berbeda ketika aku berbicara dengan orang lain walaupun yg lebih alim dari bapak ku. Beliau tak sepintar BJ Habibie yang sanggup menciptakan pesawat terbang, juga tidak secerdas para doctor yang mampu mengemukakan keahlian mereka dalam karya-karya mereka. Beliau hanyalah manusia biasa, yang hanya mampu menyihir ku dan adik ku agar terus berusaha menggapai mimpi-mimpi kami, berusaha agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Sang Ilahi dan bermanfaat bagi yang lain. Dulu sewaktu aku masih SD dan SMP, ia selalu menyemangatkan ku bila aku tidak mendapatkan peringkat kelas yang aku idam-idamkan. Beliau hanya berkata, ranking itu tidaklah penting, yang penting kamu terus berusaha belajar yang rajin dan mendapat nilai yang bagus.

Bapak ku bukanlah seorang guru, tapi ia mengajarkan ku bagaimana menjadi guru. Beliau juga bukan lah seorang kyai atau ustad yang kondang dimana-mana, tapi ia mendidikku agar menjadi sholeh melebihi sholehnya para kyai dan ustad. Tak lebih ia hanya lulusan SMA, kerjanya pun tak sehebat para insinyur, para sarjana para doctor ataupun para professor. Ia hanya berfikir bagaimana bekerja dengan jujur dan mendapatkan hasil yang halal dan berkah, tak lebih dari itu. Beliau selalu berkata kepada ku, jangan kamu katakana 'kurang', tapi 'terima dan syukuri, insya Allah berkah.' Itulah yang slalu ia ajarkan kepada ku dan adik ku. Hingga sekarang aku masih berusaha menananmkan hal itu dalam diriku walaupun sanagat sulit.

Aku terkadang berfikir tak tega, melihat bapakku membanting tulang untuk biaya kehidupan dan pendidikan ku dan adik ku. Aku selalu teringat kisahnya, merantau ke Jakarta ketika lulus SMA, untuk mengubah hidup. Sedangkan aku, sudah lulus SMA tapi kuliah masih dibiayai olehnya. Pernah sesekali aku meminta izin untuk ikut bekerja, minimal bisa mengurus biaya hidup dan kuliah sendiri, tapi ia melarangnya. Ia berkata "selagi papa masih mampu, kamu konsentrasi belajar saja, insya Allah papa sanggup membiayai kamu dan adikmu", dan kata-kata yang paling melecut diriku adalah ketika ia berkata "kamu adalah harapan papa". Aku tak akan menyia-nyiakan kerja kerasnya.

Dulu aku pernah mendengar kisah masa remajanya bapakku. Dahulu keluarga kakek dan nenekku tak semapan sekarang, dulu untuk makan saja sangat sulit apalagi untuk membiayai pendidikan papaku dan adik-adiknya. Ketika masa-masa SMA, papaku terkenal mahir dalam bidang matematika hingga ada seorang perempuan yang menyukai papaku karena kemahirannya. dia bukanlah ibuku sekarang, tapi dia orang lain. Yang menarik bagiku adalah perempuan itu tidak melihat kondisi ekonomi keluarga papaku, ia sering mengajak papaku makan bakso akan tetapi ia titipkan uangnya pada papaku agar bapakku lah yang terlihat mentraktirnya saat itu. Karena masalah ekonomi, merekapun berpisah karena keluarga perempuannya tidak menyukai papaku.

Setelah lulus SMA, papa ku bertekad akan merantau ke Ibu Kota untuk merubah nasib keluarga. Setelah selesai ujian, papaku kerja di terminal, mencuci mobil-mobil bis dan angkutan-angkutan umum. Ia kumpulkan hasil kerjanya untuk biaya kepergiannya merantau di Jakarta sambil menunggu pengumuman kelulusan dan ijazah turun. Setelah ijazah turun, papaku langsung merantau ke Jakarta dengan restu kakek nenekku. Sebenarnya mereka berdua ingin memberikan sangu yang tak seberapa sebagai bekal papaku di Jakarta, tapi papaku tolak dan meminta agar uang tersebut buat biaya adik-adiknya saja. Merantaulah ia ke Ibu Kota. Dan Alhamdulillah, Allah memberika kemudahan kepada hambanya yang mau berusaha. Alhamdulillah sekarang papaku bisa hidup mapan, cukuplah untuk biaya hidup sehari-hari dan pendidikan anak-anaknya. Konon, kemapanan kakek dan nenek di kampong pun tak lepas dari perjuangan papa di kerasnya Ibu Kota.

Sebenarnya masih banyak kisah tentang Super hero ku ini yang masih terngiang di benakku, tapi cukuplah kisah diatas menceritakan kegigihan papaku dalam menjalani hidup. Aku terkadang merasa malu sekali, karena tidak bisa seperti beliau yang begitu hebatnya menapaki langkahnya di kehidupan ini. Sampai sekarangpun masih banyak problematika kehidupan yang ia hadapi, tapi ia hadapi dengan sabar, ikhlas dan ridho atas kehendak Ilahi Robbi.

Begitulah sekilas tentang Super Hero ku. Tak apalah Rosulullah menyebutmu dalam urutan ke empat setelah nama ibu disebut tiga kali, tapi dirimu dimataku selalu nomer satu. Semoga Allah memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya kepadamu papa.

Terima kasih PAPA….!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar